Kota Semarang terkenal sebagai salah satu kota besar di Indonesia dengan penduduk pribumi dn peranakan Cina yang menyatu dengan harmonis. Bahkan kedua budaya juga berakulturasi membentuk budaya setempat di kawasan Semarang
Salah satu hasil akulturasi ini bisa Anda temui pada ragam kuliner di Semarang. Di kota ini terdapat beberapa sajian khas yang sangat kuat unsur peranakannya.
Meski kuliner di Semarang terkenal dengan pengaruh selera tionghoanya, ternyat banyak makanan khas dari kota ini yang populer bukan hanya di kalangan peranakan tetapi juga dari kalangan penduduk Jawa asli.
Beberapa makanan khas dalam kuliner di Semarang yang terpengaruh selera khas peranakan adalah.
- Lumpia Semarang
Rasanya tidak akan ada yang menolak kalau lumpia adalah salah satu makanan paling khas adri kota Semarang. Hidangan berupa gorengan dengan dengan kulit dari tepung dan isian beraneka sayuran, ayam dan seafood ini biasanya disajikan dengan saus pedas asam manis yang segar. Dari sisi citarasa maupun konsep masakan, lumpia memang sudah jelas banyak terpengaruh budaya Tionghoa, tepatnya Hokkian. Salah satu pusat penjaja lumpia adalah kawasan simpang lima dengan harga eceran sekitar 10 ribuan. - Soto Bangkong
Soto sebenarnya hasil adaptasi selera Indonesia akan masakan has Tionghoa bernama Caudo. Sebenarnya soto sendiri sudah menjadi sajian khas Nusantara dan dengan mudah Anda jumpai di seluruh Indonesia. Namun kalau Anda mencari penjual soto yang sudah ada sejak awal kemerdekaan dengan resep asli dari para Nyonya peranakan, Anda bisa coba soto ini di jalan Brigjend Katamso. - Tahu Pong
Sejak awal kita memang sudah mengamini kalau tahu yang selama ini kita kenal berasal dari adaptasi hidangan Tofu ala Cina. Di sini tahu ini dibuat sedikit kering sehingga ketika di goreng akan kosong di tengahnya. Tahu ini dihidangkan bersama sambal petis dan acar lobak. Di dalam kuliner Indonesia sendiri, sebenarnya lobak kurang familier jadi penggunaan acar lobak juga bagian dari akulturasi ini. - Asem-asem
Sajian khas satu ini sangat populer, karena konon si empunya warung yang bernama Koh Liem sudah menjajakan sajian ini sejak tahun 30an. Sajiannya berupa sup daging berkuah dengan bumbu air buah asam dan belimbing wuluh. Rasanya yang sangat segar dan gurih tetap bertahan hingga kini dan menyebabkan wrung makan ini tetap berdiri hingga sekarang.
Itu tadi 4 sajian khas dari kuliner di Semarang yang mengusung akulturasi budaya peranakan. Mungkin Anda pernah makan dan tidak menduga kalau itu adalah produk peranakan bukan?