Monday , 17 February 2025

Kisah Badak Bercula Satu di Masa Kini

Badak bercula satu terkenal sebagai penghuni kawasan hutan lindung Ujung Kulon, meski sebenarnya kawasan itu bukan hanya menangkarkan jenis satwa ini saja.

Namun kelangkaannya yang sudah demikian tinggi menjadikannya salah satu pusat perhatian pemerhati lingkungan dunia.

Saat ini diyakini hanya ada sekitar 50an ekor badak bercula satu yan berdiam di kawasan Ujung Kulon. Meski ada beberapa estimasi terbaik dari populasi badak ini di kawasan Ujung Kulon.

Saat ini kawasan Ujung Kulon juga menjadi ujung tombak pelestarian badak khas kawasan tanah Sunda ini karena jenis yang serupa hanya berada dalam kisaran populasi di bawah 15 ekor di sebuah taman hutan lindung Cat Tien Vietnam.

Badak bercula satu merupakan bagian dari genus Badak dengan dua kategori. Bercula satu dan bercula dua. Mayoritas badak bercula dua berada di kawasan Afrika, meski ada pula jenis lain dalam ukuran lebih kecil berada di kawasan daratan utama Asia Tenggara, termasuk Sumatera.

Untuk badak bercula satu, jenis terbesar berasal dari tanah India dan kemudian jenis yang lebih kecil di kawasan Asia Tenggara. Pusat populasi sebenarnya di sepanjang Asia Tenggara mulai dari Burma, Vietnam, Malaysia hingga Jawa. Bahkan ditemukan fosil badak bercula satu di Yogyakarta yang diyakini berusia setidaknya 500 tahun pada masa Hindia Belanda. Beberapa pakar satwa memang berkeyakinan badak adalah satu satu hewan purba yang mampu bertahan hingga sekarang.

Sifat yang badak miliki untuk menghindari konflik dengan manusia membuat mereka justru tergusur oleh perkembangan populasi manusia. Perkebunan dan pembabatan hutan terus menyudutkan para Badak ini kekawasan sepi di atas gunung dan di semenanjung kecil. Tahun 1800an, beberapa peneliti HIndia Belanda memastikan menemukan kawanan badak bercula satu di atas gunung Gede Pangrango.

Hewan dengan ukuran cula terkecil hanya sekitar maksimal 25 cm dengan ukuran tubuh sekitar panjang 3 m dan tinggi 1,4 m ini sebenarnya jenis hewan yang cukup tenang. Bukan type penyerang dan berpola makan herbivora. Namun justru sifat ini kadang membuatnya sulit bertahan, apalagi kala harus berlawanan dengan binatang Banteng yang lebih agresif di kawasan Ujung Kulon. Itu sebabnya perkembangan badak bercula satu tak secepat pembiakan satwa banteng.

Untuk itu, kini beberapa pemerhati lingkungan sedang mengupayakan pemindahan satwa badak bercula satu ke kawasan gunung Halimun. Di kawasan ini belum ada hewan besar lain yang bis bersaing dominasi dengan badak. Sehingga diharapkan bisa mempercepat perkembangan mereka.

Selain itu kawasan Ujung Kulon yang kerap terancam gunung Krakatau juga menjadi kehawatiran tersendiri, dengan populasi yang hanya 50an ekor, rasanya sulit bagi badak ini bertahan dari erupsi gunung berapi.

Mungkin beberapa tahun lagi Anda akan melihat populasi menjanjikan dari hewan badak bercula satu ini di liuk-liuk gunung Halimun yang tenang dan sejukā€¦..