Monday , 17 February 2025

Geliat Gunung Kelud Kediri dari Masa ke Masa

Pasca erupsi pada 13 Februari 2014 lalu, nama Gunung Kelud Kediri sempat menjadi “trending topic”. Pembicaraan seputar bagaimana gunung yang terbilang tidak tinggi ini bisa demikian dahsyat meletus dan menyebabkan Jawa berselimut abu selama beberapa hari.

Tidak hanya itu, gunung ini juga mampu menyuarakan gema letusan yang terdengar hingga Purwokerto.

Tetapi yang ternyata lebih menarik perhatian adalah ketika banyak orang menyadari bahwa gunung satu ini memang sudah memiliki histori panjang letusan demi letusan dari masa ke masa. Bisa dikatakan Gunung Kelud Kediri ini cukup rajin meletupkan lahar dan abu panasnya.

Beberapa catatan berhasil ditemukan perihal letusan Gunung Kelud Kediri ini dari tahun ke tahun. Tercatat sudah terjadi 30 kali letusan sejak tahun 1000 Masehi dalam beragam ukuran letusan, termasuk salah satu letusan terbesarnya sebesar 5 Volcanoc Explosive Index (VEI).

Catatan terawal yang pernah ada mengenai letusan gunung berapi ini adalah pada tahun 1585. Pada masa itu catatan hanya berdasar tulisan yang ditemukan dari beberapa artefak kerajaan Mataram Kuno dan kerajaan Kediri. Dikatakan bahwa pada masa tersebut terjadi letusan besar yang memakan puluhan ribuan korban di Gunung Kelud Kediri. Konon diyakini ini adalah letusan terbesar dari Gunung Kelud Kediri ini.

Pada era modern, Gunung Kelud Kediri juga meletus, pertama kali pada tahun 1901. Berdasar pencatatan yang ditemukan, awan panas mencapai kawasan Kediri kota, abu vulkanis menyelimuti Jawa hingga sekitar 1 minggu dan suara dentumannya terdengar hingga Bogor.

Peristiwa berikutnya terjadi pada tahun 1919. Efek letusan tahun 1901 adalah sebuah kawah besar yang mampu menampung air dalam jumlah besar. Justru air yang membanjiri lubang kawah inilah yang kemudian meicu letusan besar hingga 4 VEI dan menghancurkan sebagian besar kawasan kaki gunung, menyapu Malang, Blitar dan Kediri sekaligus.

Dari letusan ini pihak pemerintah Belanda kala itu memimpin proyek pembangunan saluran air untuk mengalikan air dalam kawah ke dataran rendah. Cara ini menjadi upaya untuk mencegah kawah kebanjiran dan akhirnya meletus karena terlalu penuh.

Sejak pembangunan jalur saluran air ini, gunung aktif ini masih terus menyemburkan hawa panasnya secara rutin sekitar 15 tahun sekali. Beberapa hanya kecil namun beberapa cukup merusak. Seperti letusan pada tahun 1951, 1966, 1990, 2007 dan terakhir 2014. Rata-rata letusan berupa eksplosif akibat peningkata uap air pada kawah, kecuali pada tahun 2007 dengn letusan berupa guguran.

Kini pasca letusan 2014, Gunung Kelud Kediri menyudahi dulu geliatnya, mulai beranjak tenang dan menunggu masanya kembali untuk menyapa langit dengan semburannya.

Check Also

Suku Polahi, Sebuah Dunia Primitif di Sudut Indonesia

Di tengah modernitas yang terus berkembang, ketika semua orang setiap harinya tak habis berinteraksi dengan …