Monday , 17 February 2025

Kisah Penuh Liku Sejarah Masjid Istiqlal Jakarta

Masjid Istiqlal Jakarta bukan sekedar rumah ibadah biasa bagi umat Islam di Indonesia. Keberadaannya juga sebagai monument rasa syukur segenap bangsa Indonesia atas rahmat kemerdekaan. Hingga kini masjid Istiqlal masih menjadi masjid Nasional, simbol negara muslim terbesar di dunia.

Kini sebagai simbol negara Islam, masjid ini juga kerap menjadi salah satu tujuan wisata muslim di Indonesia. Konon setiap harinya setidaknya Istiqlal menerima 20 -30 kunjungan wisata dari berbagai negara.

Melihat bagaimana masjid Istiqlal tetap gagah berdiri dengan segala keanggunannya, mengingatkan kita bagaimana berlikunya sejarah masjid Istiqlal yang panjang dan penuh rintangan.

Ide awal masjid ini datang dari beberapa tokoh muslim pada masa kemerdekaan, yakni KH Wahid Hasyim, KH Agus Salim, KH Taufiqurrohman dan beberapa tokoh muslim lain pada tahun 1953. Para tokoh islam ini mewujudkan impian mereka ini dengan membentuk panitia penyelenggara pembangunan masjid dan yayasan masjid Istiqlal pada tahun 1954 di gedung Deca park, sebelah barat Jalan Merdeka yang kini sudah hilang untuk pembangunan kawasan Monas.

Panitia memutuskan penggunaan nama Istiqlal sebagai simbol rasa syukur atas kemerdekaan, nama Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti kebebasan. Ide ini ternyata diamini oleh Presiden Soekarno dengan melihat tradisi Indonesia sejak masa lalu yang kerap membangun monument ibadah semacam Borobudur dan Prambanan sebagai rasa syukur atas kejayaan negaranya.

Bahkan Soekarno kemudian mengusulkan posisi masjid berada di taman Wilhelmina yang terletak di dekat kawasan istana dan lapangan monas. Ide ini berlandaskan pada budaya kerajaan kuno Indonesia yang kerap meletakan posisi masjid, keraton (istana) dengan alun-alun (monas) dalam satu titik yang berdekatan.

Meski sempat mengalami perbedaan pendapat dengan Moh. Hatta yang berpendapat penggunaan taman Wilhelmina yang sudah berdiri di atasnya sebuah bangunan benteng peninggalan Belanda, akan memakan biaya lebih besar untuk proses pembersihan lahan. Beliau mengusulkan posisi yang saat ini sudah menjadi bangunan Hotel Indonesia sebagai lokasi pembangunan, kala itu lokasi ini masih kosong.

Akhirnya dengan segala pertimbangan, pendapat Soekarno dimenangkan. Pada 24 Agustus 1961 Soekarno meletakan batu pembangunan pertama. Dengan menggunakan hasil rancangan Frederich Silaban, seorang Arsitek Kristen bersuku Batak. Beliau memenangkan kompetisi desain Istiqlal pada tahun 1955.

Keberadaan perancang beragama non muslim menunjukan bagaimana keberagaman dan toleransi beragama yang kokoh di Indonesia. Hal ini juga diperkuat dengan posisi Istiqlal yang berseberangan dengan gereja Katedral yang sudah lebih dulu dibangun oleh pemerintahan Belanda.

Meski dibangun pada tahun 1962, masjid dengan ukuran terbesar di Indonesia ini malah baru rampung pada tahun 1978. Beragam rintangan berkat konflik politik berkepanjangan yang harus Indonesia hadapi membuat pembangunan masjid ini menggantung. Malah peristiwa G30S PKI total menghentikan pembangunan masjid ini hingga kemudian dilanjutkan pada tahun 1966. Rintangan permodalan akhirnya teratasi meski membuat bangunan ini baru bisa rampung dan diresmikan pada tahun 1978.

Tidak percuma kisah panjang sejarah masjid Istiqlal ini demikian berliku, karena semua terbayar. Hingga kini masjid Istiqlal tetap berdiri tegak, menjadi pusat komunikasi dan aktivitas muslim di Indonesia dan menjadi simbol kejayaan Islam di negara ini.

Check Also

Suku Polahi, Sebuah Dunia Primitif di Sudut Indonesia

Di tengah modernitas yang terus berkembang, ketika semua orang setiap harinya tak habis berinteraksi dengan …