Di tengah modernitas yang terus berkembang, ketika semua orang setiap harinya tak habis berinteraksi dengan segala gadget dan dunia internet, ternyata anda masih bisa menemukan kehidupan primitif di sebuah tempat pedalaman di Indonesia.
Di kawasan hutan tropis pegunungan Boliyohuto Gorontalo Sulawesi, berkumpulah komunitas suku Polahi. Suku Polahi masih hidup dalam hukum rimba dan hukum primitif layaknya manusia pada ribuan tahun lampau.
Entah keunikan ini seharusnya dipandang sebagai aset negara dengan masih adanya sebuah suku primitif di Indonesia yang mungkin sudah sangat jarang di dunia, atau justru sebagai keprihatinan karena ditengah segala pembangunan ini masih ada suku yang bahkan tidak tersentuh pendidikan dasar sama sekali.
Ya…mereka tidak kenal sekolah. Malah mereka sebenarnya tidak mengenal ilmu berhitung dasar. Suku mereka hanya mengenal ilmu berburu, bertanam sederhana dan ilmu bertahan hidup lainnya. Jadi jelas pula mereka tidak mengenal dunia modern, bahkan sebagian besar dari mereka masih mengenakan pakaian dari daun dan kulit kayu.
Yang lebih unik dan mungkin perlu menjadi sebuah perhatian adalah kebiasaan mereka untuk menikah secara inses. Perikahan antara anak dengan orang tua, kakak dengan adiknya, paman dengan keponakan sudah bukan hal yang aneh. Malah sudah menjadi kebiasaan mereka sejak dulu.
Mereka tidak mengenal etika sosial, ilmu kesehatan modern dan agama sehingga tidak melihat permasalahan dari pernikahan inses. Tetapi uniknya sejauh ini belum ada bukti adanya permasalahan dalam hal keturunan dari perkawinan inses ini. Mereka malah sangat yakin langkah mereka sudah dilindungi oleh “Pemilik Alam” karena mereka melakukannya untuk mempertahankan keberadaan kelompoknya.
Hingga saat ini kehidupan ala primitif suku Polahi ini masih bertahan, namun sebagian dari mereka mulai membuka diri dengan masyarakat umum. Mereka mulai menerima kunjungan baik dalam rangka penelitian sosial, jurnalistik maupun aktivitas pariwisata. Bahkan kini mereka mulai mengenal uang dan mulai mencoba bekerja sebagai buruh kuli di kampung-kampung terdekat.
Penemuan aset kandungan emas di dalam pegunungan Boliyohuto mendatangkan banyak penambang liar ke kawasan kekuasaan suku Polahi. Meski pada awalnya serangan orang luar ini mereka tolak mentah-mentah. Namun berkat upaya yang kontinyu kini banyak pihak dari suku Polahi bisa bekerja sama dengan masyarakat primitif ini. Mungkin ini bisa menjadi awal bagi perkembangan sosialisasi kaum ini di masyarakat luas.