Di beberapa kawasan di Sumatera terdapat suku anak dalam yang memiliki budaya sangat unik. Bertinggal di sepanjang kawasan hutan Palembang, Jambi hingga Riau mereka hidup secara terbelakang tanpa peradaban dan adat istiadat yang masih sangat sederhana.
Kehidupan mereka masih sangat minimalis dengan pakaian yang sekedar menutup genital, pola hidup berkelompok berdasar hubungan kerabat secara nomaden dan tanpa pendidikan formal.
Mereka hidup dengan menganut kepercayaan animisme yang menyembah leluhur, jin-jin penguasa hutan dan hidup dengan beragam hukum adat yang bersifat kaku.
Tradisi hidup ini banyak yang masih bertahan hingga kini, terutama di pedalaman gunung dan hulu sungai di Jambi yang masih memiliki hutan tropis yang lebat. Di kawasan Riau sendiri budaya kaum ini sudah mulai memudar karena tidak ditunjang oleh keberadaan hutan yang cukup layak. Sedang saat ini hanya tersisa porsi kecil penduduk suku anak dalam yang masih bertinggal di kawasan Sumatera Selatan.
Ya..meski sama-sama suku anak dalam, mereka biasanya terdiri dalam beberapa kelompok sub suku. Mulai dari suku Kubu di Jambi, suku Talang Mamak dan suku Sakai di kawasan Riau. Sebenarnya suku-suku ini saling berkaitan dengan sejarah yang sama. Mereka berasal dari para pelarian yang masuk ke kedalaman hutan. Sebagian karena akibat konflik politik dan kependudukan pada masa kerajaan macam Sriwijaya juga perang antara penduduk lokal dengan pemerintahan Belanda oada masa tahun 1800an.
Ada banyak versi mengenai sejarah keberadaan mereka yang berhasil terdata, mulai dari sumber kedatangan mereka yang berasal dari beragam daerah seperti Batanghari Sumatera Selatan, Bungo Tebo dan Pagaruyung Sumatera Barat , Air Hitam Jambi dan dari kawasan Bengkalis Riau.
Kini memang suku anak dalam hanya tersisa sekitar 200 ribuan orang yang masih bertahan di kedalaman hutan tropis kawasan Jambi dan sekitarnya dan bertahan dengan budaya anak dalam. Sebagian besar sudah mulai menerima modernitas, memasuki pendidikan formal dan bekerja secara resmi di dusun-dusun dan kota kecil setempat.
Sedang mereka yang bertahan di dalam hutan masih hidup secara nomaden, tidak mengenal kehidupan modern sama sekali hingga mereka masih dipercaya memiliki beragam kesaktian yang kadang justru menakutkan bagi masyarakat dusun.
Bila Anda tertarik berinteraksi dengan suku anak dalam, Anda bisa mencoba memasuki kawasan hutan nasional di Kayu HItam sekitar 2 jam dari kota Jambi dengan kendaraan offroad. Kawasan ini menjadi pusat populasi terbanyak dari kelompok etnis ini.